Teladan Bagi Calon Pemimpin Jakarta
Membuat perbaikan di Kota Jakarta bukan perkara gampang. Landasan teori planologi maupun teori kemsyarakatan tidak sepenuhnya dapat menuntaskan persoalan yang telah lama bercokol. Sebaliknya, keinginan yang kuat, idealisme, serta kerja keras merupakan modal utama untuk melakukan perubahan.
Tampaknay
para calon gubernur Jakarta periode mendatang perlu menengok kembali
sepak terjang Ali Sadikin ketika ia mulai melakukan berbagai pembenahan
di Jakarta pada awal masa kepemimpinannya. Seperti diketahui, kala itu
Jakarta menyimpan setumpuk masalah.
Jalanan
yang tidak memadai, kurangnya jumlah sekolah, angka pengangguran yang
tinggi, minimnya fasilitas kesehatan, adalah sebagian kecil persoalan
yang dihadapi Jakarta ketika Ali Sadikin mulai menjabat gubernur
Jakarta. Ditambah lagi kondisi keuangan pemerintah kota yang sangat
tidak mendukung untuk dilakukannya perubahan dengan segera.
Semua
itu telah membuat Ali Sadikin berpikir keras untuk membalikkan keadaan.
Baginya salah satu hal yang harus dilakukan adalah memikirkan sumber
pendapatan untuk memperoleh dana pembangunan. Salah satu sektor yang
digenjonya kala itu ialah sektor pajak.
Dengan
kata lain ia merevitalisasi sektor pajak agar kebocoran dikurangi
sambil mencari sumber pajak lain yang dapat dimaksimalisasi. Salah
satunyanya ialah pajak judi yang biasa dilakukan oleh komunitas etnis
tertentu. Namun ide ini kemudian mengundang kontroversi.
Meski
mengundang kontroversi, terutama dari golongan agamis, Ali Sadikin
tidak urung melaksanakan niatnya. Pasalnya ia tahu bahwa kebijakan ini
memiliki landasan yuridis. Dengan kata lain, pungutan pajak ini pada
dasarnya legal.
Selain
itu, bagi Ali Sadikin persoalan masyarakat tidak dapat dilihat hanya
dari balik meja. Ia harus turun langsung ke lapangan, berinteraksi
dengan warga, dan mengalami langsung kesulitan yang dihadapi oleh
warganya.
Itu
sebabnya ia tidak segan untuk berdesak-desakan di dalam bis kota untuk
merasakan betapa tidak nyamannya sarana transportasi yang ada kala itu
(Hal. 129). Karenanya juga ia menjadi tahu bagaimana harus melakukan
pembenahan moda transportasi, mulai dari perlunya pemberhentian bis agar
moda ini lebih tertib, hingga perlunya penambahan dan pembenahan
terminal. Bahkan ia juga mengambil langkah berani meminjam dana dari
Amerika untuk menambah armada bis.
Menariknya,
Ali Sadikin seakan ingin memangkas birokrasi. Ia enggan kebijakannya
direalisasikan dalam waktu yang lama. Itu sebabnya ia kerap melakukan
instruksi langsung di tempat secara spontan. Bahkan hal itu sering
bernada perintah yang harus dilakukan segera. Ini dilakukan semata-mata
agar warga tidak lebih lama menderita.
Berbagai
aspek kehidupan warga kota begitu diperhatikan oleh Ali sadikin. Ia
ingin warga merasa lebih diperhatikan dan dimanusiakan. Ini berarti ia
ingin warga Jakarta lebih beradab. Kekerasan hatinya sajalah yang dapat
mencapai itu semua. Bukan untuk kepentingan sekelompok orang apalagi
dirinya sendiri, melainkan untuk kepentingan warga.
Buku
ini dapat menjadi teladan bagi para calon pemimpin Jakarta. Ali Sadikin
boleh saja disebut masa lalu. Namun ada pepatah mengatakan, siapa
enggan melihat masa lalu, ia buta melihat masa kini.***
Judul : AliSadikin, Membenahi Jakarta Menjadi Kota yang Manusiawi
Penulis : Ramadhan KH
Penerbit : Ufuk
Terbit : I, Juni 2012
Halaman : xviii + 612 halaman
Harga : Rp. 74.000
Source : ulas-buku blogspot.
Source : ulas-buku blogspot.
No comments:
Post a Comment